Tangisan Minor Dari Belantara Papua

By Admin | Jumat, 17 Oktober 2025 | 34 Dilihat
Array

Jangan Mengusirku dari Rumahku

Jangan mengusirku dari rumahku,
di sinilah udara pertama yang kuhirup,
di sini tanah memeluk langkah kecilku,
dan langit menatapku dengan kasih yang lama.

Jangan usir aku dari dinding yang tahu namaku,
dari batu yang menyimpan cerita ayah dan ibu,
dari api tungku yang pernah menghangatkan luka,
dan dari pohon yang meneduhkan doa masa kecilku.

Aku tidak datang membawa senjata,
hanya rindu dan sepotong harapan,
bahwa rumahku masih rumahku,
bukan medan yang ditandai bayonet dan bendera.

Jangan usir aku,
biarlah aku tinggal di tempat di mana
setiap hembus angin memanggilku dengan cinta,
dan setiap tetes hujan menyebutku: anak rumah ini.

Karena bila aku pergi—
bukan hanya tubuhku yang tersingkir,
tapi sejarah, doa, dan nyawaku ikut terbuang
di jalan menuju entah di mana.

Penulis:
Aktivis Pemuda Kampung

 

Rumahku Dan Moncong Senjata

Di ujung jalan yang dulu penuh tawa,
kini hanya terdengar dengus besi dan bayang serdadu.
Rumahku — yang dulu harum dengan kopi pagi,
kini dijaga dingin moncong senjata.

Pohon pisang di halaman gugur tanpa angin,
kaca jendela bergetar oleh suara langkah berat.
Aku ingin pulang,
menyapu debu di serambi,
menyalakan lilin kecil untuk doa malam.
Tapi setiap langkahku dibungkam,
oleh mata baja yang tak kenal belas kasih.

Ibu memanggil dalam bisik angin,
“Jangan takut, Nak, rumah kita masih di sana…”
Tapi aku tahu,
rumah itu kini tak lagi rumah —
hanya tembok yang menahan luka.

Natal sebentar lagi,
aku ingin dengar lonceng dari kapela kecil di bukit itu,
ingin rasakan hangat pelukan di ruang tamu sempit itu.
Namun yang berdiri di depan pintu,
bukan ayah, bukan kasih,
melainkan moncong senjata.

Dan aku pun berdoa dalam sunyi,
semoga suatu pagi,
senjata-senjata itu menunduk,
dan membiarkan aku pulang —
ke rumahku,
yang lahir dari cinta,
bukan dari perang.

Penulis: Aktivis Pemuda Kampung 

 

Tangis Seorang Anak di Ambang Natal

Natal semakin dekat…
lonceng gereja seakan memanggilku dari jauh,
dari balik gunung, dari balik kabut rindu.
Aku mendengar lagu malam suci,
tapi gema itu tak sampai ke tenda reyotku.

Di bawah atap terpal yang bocor,
aku menatap langit —
bintang-bintang berkerlip seperti kenangan,
tentang rumahku yang dulu penuh tawa,
tentang pohon Natal di sudut ruang,
dan aroma lilin bercampur doa ibu.

Oh Tuhan…
mengapa jalan pulang terasa sejauh surga?
Mengapa tanah kelahiranku kini hanya bayangan?
Aku ingin pulang —
bukan sekadar untuk berlindung,
tapi untuk sujud di depan palungan-Mu
di rumahku sendiri.

Air mataku jatuh,
membasahi tanah asing yang tak mengenal namaku.
Namun hatiku tetap percaya,
bahwa setiap langkah yang jauh
Engkau ubah menjadi ziarah iman.

Natal semakin dekat…
dan di tengah dingin malam pengungsian,
aku masih menyalakan sebatang lilin kecil —
sebagai tanda harapku,
bahwa suatu hari,
aku akan pulang,
dan merayakan Natal
di rumahku sendiri.

Karya: Anak Negeri

 

CERPEN

Tak Sanggup Menahan Rasa, Aku Ingin Pulang ke Rumahku

Angin sore itu membawa bau tanah basah dan bunyi daun yang bergesekan pelan. Di antara kerumunan tenda biru yang berderet di lereng bukit itu, aku duduk memandangi langit yang mulai merah. Sejak pagi, suara anak-anak, langkah kaki mama, dan deru Angin tak pernah berhenti. Tapi di tengah keramaian itu, aku merasa paling sepi.

Sudah Cukup lama aku tinggal di tempat pengungsian ini. Cukup lama ku tinggal tanpa dinding rumah, tanpa halaman tempat Mama menanam bunga, tanpa suara lonceng kecil di teras yang selalu berdenting kalau angin sore lewat.

Setiap malam, aku menutup mata dan membayangkan rumahku — rumah yang kini hanya tinggal puing dan abu. Aku masih bisa merasakan bagaimana rasanya berdiri di depan pintunya, memegang gagang yang mulai aus, mendengar suara ayam di belakang dapur, dan tawa Papa yang menggema dari Dapur Kecil ku.

Tapi bayangan itu sering membuat dadaku sesak. Ada yang hilang. Ada yang tercabut dari dalam diriku.

“Aku ingin pulang,” bisikku suatu malam.
Mama menatapku, matanya lembut tapi letih. “Kita belum bisa, Nak. Di sana belum aman.”

Aku hanya diam.
Kata belum aman sudah terlalu sering kudengar. Seperti lagu sedih yang diulang terus tanpa akhir.

Tiap hari aku melihat orang datang dan pergi. Ada yang mendapat kabar boleh kembali ke kampungnya, ada yang memutuskan merantau ke kota. Tapi aku tetap di sini, di bawah tenda ini, bersama rasa yang semakin berat kutahan.

Suatu pagi, aku berjalan ke tepi bukit. Dari sana, kalau cuaca cerah, bisa kulihat lembah tempat kampungku dulu berdiri. Kabut tipis menyelimuti pepohonan. Aku menatap lama sekali, berharap bisa melihat atap seng rumah kami, atau pohon pisang di halaman. Tapi yang kulihat hanya kehijauan samar dan sungai yang berkilau di kejauhan.

Air mataku jatuh tanpa bisa kutahan.
Bukan karena lemah, tapi karena terlalu rindu.

Aku rindu bau dapur kayu Mama.
Aku rindu lantai papan rumah kami yang berderit kalau diinjak.
Aku rindu suara ayam jantan yang berkokok terlalu pagi.
Aku rindu semua yang sederhana, tapi kini terasa jauh seperti mimpi.

Hari itu aku sadar, rasa rindu bukan hanya ingin kembali ke tempat. Tapi ingin kembali ke rasa aman, rasa hangat, dan rasa pulang.

Aku menatap langit dan berjanji dalam hati,
Jika hari itu tiba, aku akan pulang. Bukan hanya untuk menatap rumahku lagi, tapi untuk menanam kembali harapan yang sempat hancur.

Sebab meski aku jauh, rumahku tetap hidup di dalam dada — tempat segala kenangan menunggu untuk pulang bersamaku.

Penulis:
PIMKAN M UROPMABIN
Aktivis Pemuda Kampung

 

 

SEBARKAN
Array

Rekomendasi

Berita Terbaru

Kloter Pertama Suster KSFL Tiba di Oksibil, Disambut Hangat Jelang Perayaan Syukur 100 Tahun KSFL

Oksibil, (SWpapua.com) — Menjelang perayaan syukur 100 tahun berdirinya Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Lusia (KSFL), suasana haru dan sukacita menyelimuti…

Kepala Distrik Batani: Pentingnya Data Penduduk Demi Kesejahteraan Masyarakat

Batani, (SWpapua.com) — Kepala Distrik Batani, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, Martina Uropka, mengungkapkan bahwa ketersediaan dan keakuratan data penduduk…

Wujudkan Visi “Sehat” Puskesmas Batani Gelar Pelayanan Kesehatan di Sejumlah Kampung

BATANI (SWpapua.com) – Dalam upaya mewujudkan visi “Masyarakat Batani yang Sehat, Mandiri, dan Produktif”, Puskesmas Batani menggelar kegiatan pelayanan kesehatan…

Dinas Pertanian Bersama Akademisi Universitas Okmin Papua Kunjungi Petani Padi “NEMATARA” Kampung Yumakot, Distrik Okaom

Ok Aom, (SWpapua.com) — Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan produktivitas pertanian lokal, Dinas Pertanian Kabupaten Pegunungan Bintang bersama…

OMK Paroki Roh Kudus Gelar Penguatan Kapasitas Pengurus dan Rapat Pembahasan Program Kerja Periode 2025–2028

OKSIBIL (SWpapua.com) –  Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Roh Kudus Mabilabol menggelar kegiatan penguatan kapasitas pengurus sekaligus rapat pembahasan program…

TAG POPULER

Berita Terbaru

Berita Populer

Pengunjung

User Online: 1

Today Visitors: 5

Today Visits: 6

Total Visitors: 40848

Total Visits: 77670